Daerah
pedalaman atau pedesaan kerap berada jauh dari sumber bacaan (perpustakaan atau
toko buku). Jika ada, itupun dalam jumlah kecil dengan variasi bacaan yang
terbatas. Selain itu, daya beli masyarakat juga rendah karena harga yang
terbilang mahal.
Kondisi
semakin kompleks karena bagi penduduk di pedesaan umumnya orang tua merasa
tamat Sekolah Dasar saja sudah dianggap cukup memenuhi pendidikan anaknya.
Mereka yang melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi hanyalah
segelintir orang saja.
Terlepas
dari rendahnya pendidikan anak-anak di desa, anak-anak dibiarkan berkembang apa
adanya tanpa lagi memperhitungkan pendidikan informal yang harusnya mereka
dapat. Oleh beberapa alasan tersebut, Ulil Albab melalui jaringan layanan
Sahabat Pendidikan-nya meluncurkan program rumah baca anak untuk daerah pelosok
dan pedesaan.
Program
ini bertujuan untuk menumbuhkan minat baca anak agar mereka bisa menambah
wawasannya melalui membaca. Rumah Baca hadir sebagai pendukung untuk memenuhi
fasilitas membaca tersebut.
Rumah
baca anak lahir dari pengembangan program Gerakan Waqaf Buku yang berjalan
sejak 2014. Gerakan ini mengajak masyakat perorangan, organisasi, lembaga
ataupun institusi untuk berdonasi buku baru ataupun lama tapi layak baca.
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, beberapa toko buku, dosen-dosen dari
beberapa kampus di Medan, organisasi mahasiswa dan lain-lain juga telah ikut
berpartisipasi mendonasikan buku pada program ini.
Setelah
berhasil menyalurkan buku dari gerakan tersebut ke beberapa tempat seperti MIS
di Tanjung Morawa, sekolah dasar di Besitang, dan kepada da’i di berbagai
daerah di pelosok Sumatera Utara. Pada Desember 2015, gerakan ini berkembang
menjadi program rumah baca anak yang dipantau langsung oleh Salman selaku
manajer Sahabat Pendidikan. Akhir Desember 2015 lalu, rumah baca anak telah
berdiri di Desa Limang, kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo.
Inggit
Suri Chairani selaku project manager rumah baca anak menjelaskan tak
hanya menyediakan buku sebagai bahan bacaan, mereka juga mendesain bagian dalam
rumah baca untuk menarik minat baca anak, “Dalam pelaksanaannya, rumah baca
anak tidak hanya menyediakan buku sebagai bahan bacaan tetapi bagian dalam
rumah didesain semenarik mungkin untuk menarik minat pembaca yang umumnya
adalah anak-anak,” jelasnya kepada Go Sumut beberapa waktu lalu.
Lebih
lanjut ia juga menjelaskan bahwa bangunan fisik rumah baca adalah rumah
penduduk yang sudah difungsikan sebagai tempat bermain anak-anak, belajar, dan
mengaji. Tempat ini dikelola oleh tokoh masyarakat di daerah tersebut.
Sahabat Pendidikan Ulil Albab sebagai
penanggung jawab rumah baca bekerjasama dengan tokoh masyarakat tetap berupaya
melakukan pendekatan kepada para orang tua untuk mendorong anak-anaknya agar
rutin mengunjungi rumah baca sebagai upaya untuk melestarikan budaya membaca
bagi anak-anak di sekitar desa ini.
Teks foto: Penanggung jawab berfoto bersama masyarakat sebagai
pengelola rumah baca anak di desa Limang, kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten
Karo. Program rumah baca terlaksana sebagai upaya pelestarian budaya membaca
bagi anak-anak di sekitar desa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar