Jualan pecel keliling? Of course-lah “NO”. Iya kali aku yang seorang perempuan yang juga manis *uhuk* disuruh berjualan pecel keliling naik sepeda di kota no-3 terbesar di indonesia ini. Aku juga anak yang tebilang sangat pemalu sejak bersekolah di Pesantren. Ya, karena disana aku tinggal di asrama yang semuanya adalah perempuan. Kami juga tidak boleh keluar asrama apalagi bertemu dengan siswa laki-laki. Kami hanya boleh bertemu laki-laki ya hanya orang-orang tertentu saja.Yang pernah jadi anak pondok pasti tau rasanya gimana.
Sejak bapak masih lajang, dia sudah bekerja di perusahaan
minyak di propinsi Riau. Aku pun lahir dan dibesarkan disana. Alhamdulillah
ekonomi keluarga kami terbilang lumayan saat itu. Tapi, sejak bapak resign dari
kantor dan memutuskan mengurus kebunnya, ekonomi keluarga kami alhamdulillah pun
masih cukup walau tidak seperti saat bapak masih bekerja di kantor. Karena
tanaman di kebun bapak saat itu juga masih usia muda, Jadi hasil kebunnya belum
seberapa. Seingat aku, itu sekitar tahun 2009 saat aku masih duduk di bangku
Tsanawiyah atau SMP.
Aku juga sempat disuruh pulang saat akan melanjutkan ke
madrasah Aliyah dan disuruh melanjutkan sekolah di kampung saja. Dengan alasan
mungkin sekolah di kampung akan lebih ringan biaya. Tapi aku minta tetap
bersekoah di pesantren dan aku berjanji bisa membiayai sekolah dan hidupku
selama di pesantren. Sampai akhirnya aku pun tamat dari pesantren walau harus
berjuang keras untuk bisa tetap sekolah disana dengan bekerja. Alhamdulillah.
Saat aku tamat sekolah, keadaan ekonomi kami pun masih sama,
belum membaik. Aku sempat tinggal dirumah wawakku yang ada di Kota Duri. Salah
satu kota di propinsi Riau. Aku juga bekerja di salah satu perusahaan
pengiriman paket walau hanya 3 bulan. Itupun, karena orang tuaku menyuruhku
pulang ke Medan dan kami akan tinggal selamanya disana.
Medan adalah kota kelahiran bapakku dan dia juga dibesarkan
disana. Mungkin dia lelah tinggal di rantau dan ingin melanjutkan kehidupan di
tanah kelahirannya.
Bapak sudah lebih dulu beberapa bulan tinggal di Medan
sebelum aku. Bapak dan mamak berjualan madu hutan asli yang dikirim dari Riau
selama mereka di Medan. Sampai aku pulang ke Medan, mereka masih berjualan madu
juga. tapi, dia bilang madu sudah mulai langka dan mungkin dia akan berjualan
pecel, katanya. Melanjutkan usaha nenek dulu.
Selama kami tinggal di rantau, kami memang sering memasak
pecel dan dia juga sering cerita tentang pecel. Dia bercerita, katanya dulu
nenek kami adalah seorang tukang pecel. Dan sambel pecelnya sudah sampai ke
China.
Nenek kami orang jawa tulen; Madiun, Jawa Timur. Nenek merantau ke Medan, menikah dengan orang medan dan hidup di
Medan. Tau dong, kan pecel yang terkenal itu darimana... dari Madiun, loh.
*%*
Cerita ini akan sedikit panjang, guys... hihihi
*****
Aku fikir, hanya mamak dan bapak yang jualan pecel dan aku
Cuma bantu-bantu masak aja. Eh, ternyata mereka juga menyuruhku berjualan
pecel. Jujur, aku shock! Bagaimana mungkin berjualan pecel naik sepeda dan
keliling pula. Secuil pun gak pernah terlintas dan terbayang di kepalaku kalau
harus melakukan pekerjaan ini.
Ya, aku tau aku memang akan berkuliah dan harus biaya
sendiri. Tapi, tidak harus bekerja sebagai tukang pecel keliling, kan? Aku
tamatan pesantren, dan aku fikir aku bisa menjadi tenaga pengajar, mungkin-
atau apalah itu yang penting tidak harus berjualan pecel keliling.
Aku mendaftar di beberapa universitas negeri dan lulus di
universitas Islam Negeri Sumatera utara di kota Medan ini. Berkuliah di
Universitas Negeri, itu berarti harus siap dengan konsekuensi bahwa kampus lah
yang menentukan waktu kita berkuliah. Ini tantangan buatku harus cari pekerjaan
yang bisa tidak mengganggu waktu kuliahku. Tapi, apa?
Bagaimana pun orang tuaku membujukku, bilang kalau, “kau mau
kerja apa yang bisa membiayai kuliahmu?” aku bilang aku mau jadi guru aja.
Bapak bilang, “kau fikir gaji guru cukup untuk biaya kuliah dan biaya
sehari-harimu? Gaji guru Cuma 300 ribu sebulan. Untuk uang transportmu ke
kampus aja kurang”. Aku fikir pernyataan bapak itu tidak benar kalau gaji guru
hanya 300 ribu. Paling dia Cuma bohong biar aku mau jualan pecel, fikirku.
Untuk mencari kebenaran, aku pun tanya sama teman bapak yang dia adalah seorang
guru. Dan ternyata benarlah apa yang dikatakan bapak.
Aku juga sempat ikut bisnis MLM (Multi Level Marketing) yang
diajak oleh kakak seniorku saat di Pesantren. Cerita-cerita tentang
kesuksesannya berbisnis MLM itu sudah terdengar sih saat aku pun masih di
pesantren dan dia sudah tamat. Tapi, saat itu aku sama sekali tidak mengerti
apa itu MLM. Kakak itu bukan orang Medan, tapi dia berkuliah sama di tempat aku
berkuliah saat itu.
Saat itu dia sangat membuatku excited untuk menjadi sukses
seperti dia. Dia sudah jalan-jalan keluar negeri, Bahkan dia pun sudah umrah dan mengumrahkan
orang tuanya dari bisnis MLM-nya itu. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti
jejaknya. Bisnisnya pun freelance yang artinya aku bisa mengatur waktu kerjaku
sendiri.
Masuk bisnis MLM itu ternyata ada uang yang harus dibayarkan
untuk membeli produk bisnis itu agar kita bisa langsung melewati beberapa
tangga bisnisnya. Dan itu yang memang disarankan dari upline*-nya. Disaat itu
aku memang benar-benar tidak punya uang. Aku bingung harus apa agar mendapatkan
uang tersebut. Tapi uplline-ku memberikan tips-tips bagaimana bisa kita
mendapatkan uang tersebut. Mulai dari jalan berhutang sampai gadai barang. Kalau
yang punya uang, yah tinggal jalan aja. Jalan ini hanya buat yang punya uang.
Hahahah
Bekerja selama 3 bulan waktu itu tidak berarti aku punya
uang. Saat itu aku masih training, dan gajinya pun hanya habis di transport
dari rumah wawak ke kantor dan uang jajanku sedikit. Untungnya aku tinggal
dirumah wawak Jadi, tidak harus membayar
kost.
Berhutang. Aku gak tau harus berhutang sama siapa. Sama
orang tua, gak mungkin. Bisa jadi perang dunia ketiga nanti. Disamping memang
mereka tidak punya uang, ya pastinya pekerjaan ini tidak akan direstui. Emas,
aku tidak punya kalau harus menjual ataupun menggadaikannya. Barang yang saat
ini aku punya hanya notebook pemberian dari bapakku saat kelas 3 aliyah. Ya,
aku tau walaupun barang ini bukan
benar-benar milikku, tapi setidaknya aku punya kuasa atas barang ini dan
membawanya lari untuk digadaikan. mungkin mereka akan bertanya jika sampai
berbulan-bulan mereka tidak melihatku berada di depan barang itu seperti biasa.
Entah menulis, ataupun hanya sekedar menonton film yang ada didalam notebook
itu. “ah, itu urusan nantilah”, fikirku.
Dengan uang hasil gadaian notebook itu syukurnya cukup dan
aku pun masuk bisnisnya dengan pangkat bintang 3, plus dapat beberapa macam produk bisnis itu.
Sebenarnya panjang cerita tentang gimana perjuangan masuk
dalam bisnis MLM ini. Lika-likunya juga banyak banget. Karena orang tuaku
sangat anti banget yang beginian. Gak suka yang gak jelas (menurutnya) dan
bahkan sampe ngatain aku ‘gila’ lah, de el el. Belum lagi, aku yang berani
keluar sendiri dan pulang malam. Terbilang berani sih aku dibilang, karena aku
baru ini tinggal di Medan. Kemana-mana naik angkot, sendirian pula. Sampai
diceritain tetangga yang bilang aku gak bener karena pergi sendiri dan pulang
larut. Ya, aku anaknya emang agak ada tomboynya sedikit, ahahha.
Saat orang tuaku tau aku ikut bisnis ini juga memang benar
perang dunia ketiga terjadi. Dimarahin, sampe berdebat juga aku sama bapak.
Kalo mamak sih lebih kalem, yah. Bapakku bilang aku gila, ngapain ikut bisnis
yang gak jelas gitu. Jualan pecel aja yang jelas, gitu katanya. Dan selalu itu
apapun yang aku kerjakan selain berjualan pecel, dia tidak akan pernah
merestui.
Aku dipaksa harus berjualan pecel keliling sama bapak. Aku seperti tidak dibolehkan memilih dan mau apa. Kalo mamak sih enggak. Menurut bapakku, gak ada kerja yang benar
selain jualan pecel itu. Semua apa yang mau aku lakuin salah di matanya. Gak
ada yang betol lah pokoknya. Sampe pokoknya aku menyerah dan hanya pasrah aja. Ya
mau gimana lagi ya kan, ngelakuin apapun salah. Sedangkan aku harus segera
dapat pekerjaan yang bisa membiayai kuliah dan kehidupanku.
Sampai pada akhirnya..............
???
Sambungannya ditulisan berikutnya ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar